Perwira Polisi yang Sukses dengan Usaha Sapi Perah
Banyuwangi, Poldes - Tegas dan berwibawa. Bicaranya “keras”, apalagi ketika menyangkut polisi yang bersih dan soal Reformasi Birokrasi Polri (RBP). Itulah sosok Kompol Agus Dwijatmiko, SH, yang menjabat Kepala Bagian Perencanaan (Kabagren) di Polres Banyuwangi.
Namun di balik ketegasan dalam mengarahkan para anggota menjadi polisi idaman masyarakat, ia juga seorang petani. Bukan sekadar membina petani agar menjadi sejahtera melalui pogram Poldes dengan jargon Njogo Deso Mbangun Deso, tetapi ia terjun langsung menjadi petani yang layak menjadi suri tauladan. Salah satunya usahanya adalah, memelihara sapi perah.
Sebelum menjadi anggota polisi, Agus, memang akrab dengan dunia pertanian. Ia merupakan anak seorang petani di Kecamatan Bangorejo. “Asal usul saya memang petani. Saya mengembangkan usaha sapi perah ini di luar tugas kepolisian. Jika semua tugas sudah selesai, barulah giliran waktu saya mengurusi sapi,” tuturnya.
Agus, menjelaskan, untuk mengembangkan sapi perah tersebut, ia membutuhkan modal awal mencapai Rp. 400.000.000 yang diperoleh dari pinjaman Bank Jatim. Selama ini bank milik pemerintah provinsi itu memberikan pinjaman kepada petani melalui program Poldes. Agus, diberi waktu untuk melunasi pinjaman itu dalam waktu enam tahun.
Dengan modal pinjaman bank itulah, Agus, mulai membeli sapi. Ternak yang dikembangkan kebanyakan peranakan dari sapi Kanada, sebagian lagi sapi perah lokal yang didatangkan dari Lumajang. “Merawat sapi perah ini memiliki kesulitan yang lebih tinggi daripada sapi biasa. Saya belajar beternak sapi mulai dari nol,” kisahnya.
Karena memulai dari nol, Agus, sering menghadapi kendala dalam proses perawatan. Masalahnya, jumlah ahli yang piawai dalam urusan sapi perah ini masih jarang di Banyuwangi. Namun lambat laun, bersama-sama dengan peternak lain yang juga dalam taraf belajar ia berhasil mengatasi kesulitan dan bisa mengembangkan usaha.
Agus, yang juga memiliki usaha pertanian lain itu memulai usaha sapi perah dengan membeli delapan ekor sapi. Namun semuanya dalam kondisi hamil. Tidak begitu lama sapi peliharaannya melahirkan dan bisa memproduksi susu. Sapi tersebut berproduksi susu secara variasi, berkisar antara 15 hingga 20 liter setiap hari. “Hasil produksi langsung dibeli oleh pabrik Nestle dengan harga Rp. 4.000 per liter,” jelasnya.
Untuk menghasilkan susu sapi yang berkualitas, tutur Agus, faktor makanan harus dijaga. Unsur makanan ini yang sangat mempengaruhi kesehatan sapi dan produksi susunya. Sapi perah harus banyak mengonsumsi pohon jagung muda (tebon), serta asupan vitamin yang rutin diberikan. “Dinas peternakan juga berperan dalam membantu kesehatan sapi dengan pemberian obat-obatan demi kelangsungan populasi sapi perah,“ ujar Agus.
“Saya ingin masyarakat lain juga bisa meningkatkan kesejahteraan dengan program Poldes sapi perah maupun usaha pertanian lainnya. Dengan usaha yang nyata ini, kita akan bersama-sama menatap Banyuwangi, ke depan dengan lebih baik,” pungkasnya. (guh)
Sumber Berita: http://poldesbanyuwangi.com
http://poldesbanyuwangi.com/berita-perwira-polisi-yang-sukses-dengan-usaha-sapi-perah.html#ixzz3U9qi2YeD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar