karangan narasi
KESEHATAN HARTA YANG PALING BERHARGA
Namaku nanda, aku terlahir dalam keluarga yang sederhana. Aku pernah
merasakan sebuah pelajaran hidup yang mungkin pernah dirasakan oleh orang –
orang selain aku. Pelajaran hidup ini sangat berarti untukku. Karena dari apa
yang sudah aku alami ini, membuat aku lebih mengerti arti sebuah kehidupan.
Nahh, disini aku akan bercerita tentang pelajaran hidup yang pernah aku alami.
Suatu ketika aku di rumah nenek. Waktu itu kakekku mendapat ikan
tongkol dari tempat beliau bekerja. Menurut beliau sih memang sudah ikan sisa
di dalam box, sengaja kakekku untuk membawanya pulang. Sampai di rumah nenekku
berniat untuk membuat pentol dari ikan tongkol tersebut, dan esoknya nenek
memasak ikan itu menjadi pentol. Setelah pentolnya jadi aku disuruh memakanya,
namun setelah makan lidahku terasa gatal – gatal, tetapi nenek dan kakek tidak
merasa gatal setelah memakannya. nenekku pun menyuruhku untuk tidak memakan
pentolnya lagi. Namun nenekku memiliki cara lain yaitu menggoreng pentol itu,
dan setelah itu aku mencoba memakanya kembali, rasanya lebih enak dan lidahku tidak
merasa gatal, akupun dengan lahabnya makan pentol itu.
Beberapa hari kemudian di kakiku muncul bintik – bintik yang gatal,
akupun terkadang menggaruknya dengan perlahan, lalu aku memberinya salep gatal
yang di beri saudaraku, namun hingga beberapa hari gatal itu belum kunjung
sembuh. Bapakku pun mengajakku untuk memeriksakanya ke dokter, kata dokter aku
alergi oleh ikan, nah aku berpikir mungkin karena pentol ikan tongkol yang aku
makan di rumah nenekku itu yang menyebabkan aku begini. Oleh dokter aku diberi
obat suntik dan obat kapsul.
Setelah mendapat beberapa hari mengkonsumsi obat itu, aku merasa
gatal itu menjalar ke seluruh tubuhku, dan benar pada tubuhku muncul bercak –
bercak gatal yang membuat aku tidak nyaman, sampai menjalar di wajahku. Aku
juga merasa pusing dan demam. Akupun hanya bisa berbaring di tempat tidur
sambil merasakan rasa gatal dan pusing. Orang tuaku semakin khawatir dengan
keadaanku.
Keesokan harinya bapakku mengantarku untuk memeriksakanku ke dokter
spesialis kulit di RSUD Blambangan. Disana aku diperiksa oleh dokter, dan kata
dokter melihat bercak – bercak di wajahku dan mengeluarkan cairan, disitu
dokter bilang aku alergi obat. Akupun semakin bingung, sebenarnya alergi ikan
atau alergi obat. Akupun tidak boleh memakan makanan yang memiliki kandungan
protein tinggi, seperti: telur, ikan, ayam, dll. Jadi aku menjadi orang
vegetarian. Kemudian aku diberi salep dan obat kapsul oleh dokter.
Setelah 7 hari kemudian, bercak – bercak dan gatal di tubuhku hilang
dan aku tidak mengkonsumsi obat lagi. Sebenarnya aku masih ragu untuk memakan
makanan yang mengandung protein tinggi, namun orang tuaku menyuruhku untuk
sedikit – sedikit memakannya. Selang beberapa hari, aku merasa rasa gatal itu
kembali menyelimuti tubuhku. Akupun merasa tidak nyaman. Dan aku mengira tidak
akan seperti gatal yang pertama kali, namun lama kelamaan gatal itu semakin
jadi dan menyebar ke seluruh tubuhku. Bapakku mengajakku untuk berperiksa lagi
ke dokter kulit untuk yang kedua kalinya. Seperti yang pertama aku diberi salep
dan obat kapsul oleh dokter.
Sama dengan sakit yang pertama, sekitar 7 hari sakitku mulai terasa
sembuh. Akupun sangat bersyukur. Yang aku herankan, setiap obat yang aku
konsumsi habis, gatal pada tubuhku kambuh. Padahal aku sudah tidak memakan
makanan yang sudah dilarang oleh dokter. Setiap kambuh aku memeriksakan diri ke
dokter. Dan sampai 5 kali aku pergi ke dokter dan setiap obatnya habis gatalku
kambuh. Dalam diamku terkadang aku menangis dan merenungi kenapa aku sampai
begini, apakah ini ujian dari Allah dan atau teguran buat aku. Kedua orang
tuaku terus menasehatiku agar aku tetap sabar dan menerima penyakit yang aku
derita. Mereka berkata “setiap penyakit pasti ada obatnya, tetapi kamu masih
diberi ujian oleh Allah untuk menguji kesabaranmu. Tidak hanya kamu saja yang
pernah merasakan sakit. Semua orang pasti pernah merasakannya. Bahkan ada yang
lebih parah darimu”. Dari situlah aku berfikir, mungkin ini ujian yang
diberikan Allah untukku. Akupun selalu bersabar dan menerima penyakit yang aku
derita ini.
Suatu ketika bu deku menjengukku di rumah untuk melihat keadaanku.
Sambil melihat keadaanku beliau bercerita bahwa tetangganya pernah mengalami
penyakit sama seperti aku. Tetangganya sembuh setelah berobat di dokter
spesialis kulit genteng. Beliau menyuruh bapakku untuk memeriksakanku ke dokter
spesialis tersebut.
Keesokan harinya aku pergi berobat ke dokter yang di diberi tahu
oleh bu deku, karena buka prakteknya jam 7 – 9 pagi, dan jarak rumahku ke
genteng lumayan jauh, aku dan bapak harus berangkat dari rumah pagi – pagi
sekali. Apapun rela dilakukan oleh bapakku demi kesembuhan aku.
Sesampainnya di dokter spesialis tersebut aku diperiksa dan dilihat
bercak – bercak di tubuhku. Sama seperti dokter sebelumnya aku alergi ikan.
Akupun kembali diberi salep dan obat kapsul. Ternyata di dokter di spesialis
ini biayanya lebih mahal dari dokter sebelumnya. Namun bapakku tidak memikirkan
itu yang terpenting aku bisa sembuh.
Aku merasa baikkan setelah 5 hari kemudian, lebih cepat dari
sebelumnya. Akupun merasa bersyukur dan berdoa agar sakitku tidak kambuh lagi.
Dan tak disangka setelah beberapa hari sembuh dan aku tidak mengkonsumsi obat
lagi, sakitku kambuh lagi. Aku semakin putus asa dengan sakit yang aku derita
ini. Dan seringkali aku menangis dalam doaku. Selama 3 kali aku berobat ke
dokter ke spesialis kulit tersebut namun sakitku belum kunjung sembuh dengan
normal.
Ketika aku sudah mulai putus asa dan pasrah dengan keadaanku ini.
Temanku memberiku tahu bahwa di dekat rumahnya ada dokter umum yang selalu
ramai pasien. Dan menurut ceritanya hanya mengeluarkan uang Rp 10.000 untuk
ongkos berobatnya. Dengan rasa pasrah akupun mencoba berobat ke dokter tersebut
dengan di antar bapakku. Benar apa yang dikatakan temanku, di tempat dokter itu
banyak sekali pasiennya, dan aku harus antri. Setelah diperiksa dan apa yang
dikatakan oleh dokter itu sama dengan dokter sebelumnya aku juga diberi obat
salep dan obat kapsul. Ongkosnya hanya Rp 10.000.
Setelah 7 hari kemudian gatal pada tubuhku kembali sembuh, aku
berharap sakit ini tidak kambuh lagi. Sampai 2 minggu sakitku tidak kambuh. Aku
sangat bersyukur sekali. Kini penyakit yang aku derita sudah menemukan obatnya.
Dan obatnya ternyata pada dokter yang ikhlas mengobati pasiennya tanpa
memikirkan biaya.
Kalau di perkirakan, aku sudah 6 bulan mengalami sakit alergi itu.
Karena sakitku ini, kedua orang tuaku tidak mengeluarkan uang sedikit. Dan
karena sakitku ini kedua orang tuaku menjadi gelisah dan khawatir. Ketika sakit,
kita tidak banyak untuk beraktivitas seperti orang – orang yang sehat. Dari
situlah aku berfikir bahwa kesehatan itu mahal harganya, dan lebih banyak –
banyak bersyukur jika masih diberikan kesehatan. Karena tidak ada harta yang
paling berharga selain kesehatan.
Terima kasih dan
sekian cerita singkat dariku, semoga bermanfaat.. J