Jumat, 27 November 2015


karangan narasi

KESEHATAN HARTA YANG PALING BERHARGA

Namaku nanda, aku terlahir dalam keluarga yang sederhana. Aku pernah merasakan sebuah pelajaran hidup yang mungkin pernah dirasakan oleh orang – orang selain aku. Pelajaran hidup ini sangat berarti untukku. Karena dari apa yang sudah aku alami ini, membuat aku lebih mengerti arti sebuah kehidupan. Nahh, disini aku akan bercerita tentang pelajaran hidup yang pernah aku alami.
Suatu ketika aku di rumah nenek. Waktu itu kakekku mendapat ikan tongkol dari tempat beliau bekerja. Menurut beliau sih memang sudah ikan sisa di dalam box, sengaja kakekku untuk membawanya pulang. Sampai di rumah nenekku berniat untuk membuat pentol dari ikan tongkol tersebut, dan esoknya nenek memasak ikan itu menjadi pentol. Setelah pentolnya jadi aku disuruh memakanya, namun setelah makan lidahku terasa gatal – gatal, tetapi nenek dan kakek tidak merasa gatal setelah memakannya. nenekku pun menyuruhku untuk tidak memakan pentolnya lagi. Namun nenekku memiliki cara lain yaitu menggoreng pentol itu, dan setelah itu aku mencoba memakanya kembali, rasanya lebih enak dan lidahku tidak merasa gatal, akupun dengan lahabnya makan pentol itu.
Beberapa hari kemudian di kakiku muncul bintik – bintik yang gatal, akupun terkadang menggaruknya dengan perlahan, lalu aku memberinya salep gatal yang di beri saudaraku, namun hingga beberapa hari gatal itu belum kunjung sembuh. Bapakku pun mengajakku untuk memeriksakanya ke dokter, kata dokter aku alergi oleh ikan, nah aku berpikir mungkin karena pentol ikan tongkol yang aku makan di rumah nenekku itu yang menyebabkan aku begini. Oleh dokter aku diberi obat suntik dan obat kapsul.
Setelah mendapat beberapa hari mengkonsumsi obat itu, aku merasa gatal itu menjalar ke seluruh tubuhku, dan benar pada tubuhku muncul bercak – bercak gatal yang membuat aku tidak nyaman, sampai menjalar di wajahku. Aku juga merasa pusing dan demam. Akupun hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil merasakan rasa gatal dan pusing. Orang tuaku semakin khawatir dengan keadaanku.
Keesokan harinya bapakku mengantarku untuk memeriksakanku ke dokter spesialis kulit di RSUD Blambangan. Disana aku diperiksa oleh dokter, dan kata dokter melihat bercak – bercak di wajahku dan mengeluarkan cairan, disitu dokter bilang aku alergi obat. Akupun semakin bingung, sebenarnya alergi ikan atau alergi obat. Akupun tidak boleh memakan makanan yang memiliki kandungan protein tinggi, seperti: telur, ikan, ayam, dll. Jadi aku menjadi orang vegetarian. Kemudian aku diberi salep dan obat kapsul oleh dokter.
Setelah 7 hari kemudian, bercak – bercak dan gatal di tubuhku hilang dan aku tidak mengkonsumsi obat lagi. Sebenarnya aku masih ragu untuk memakan makanan yang mengandung protein tinggi, namun orang tuaku menyuruhku untuk sedikit – sedikit memakannya. Selang beberapa hari, aku merasa rasa gatal itu kembali menyelimuti tubuhku. Akupun merasa tidak nyaman. Dan aku mengira tidak akan seperti gatal yang pertama kali, namun lama kelamaan gatal itu semakin jadi dan menyebar ke seluruh tubuhku. Bapakku mengajakku untuk berperiksa lagi ke dokter kulit untuk yang kedua kalinya. Seperti yang pertama aku diberi salep dan obat kapsul oleh dokter.
Sama dengan sakit yang pertama, sekitar 7 hari sakitku mulai terasa sembuh. Akupun sangat bersyukur. Yang aku herankan, setiap obat yang aku konsumsi habis, gatal pada tubuhku kambuh. Padahal aku sudah tidak memakan makanan yang sudah dilarang oleh dokter. Setiap kambuh aku memeriksakan diri ke dokter. Dan sampai 5 kali aku pergi ke dokter dan setiap obatnya habis gatalku kambuh. Dalam diamku terkadang aku menangis dan merenungi kenapa aku sampai begini, apakah ini ujian dari Allah dan atau teguran buat aku. Kedua orang tuaku terus menasehatiku agar aku tetap sabar dan menerima penyakit yang aku derita. Mereka berkata “setiap penyakit pasti ada obatnya, tetapi kamu masih diberi ujian oleh Allah untuk menguji kesabaranmu. Tidak hanya kamu saja yang pernah merasakan sakit. Semua orang pasti pernah merasakannya. Bahkan ada yang lebih parah darimu”. Dari situlah aku berfikir, mungkin ini ujian yang diberikan Allah untukku. Akupun selalu bersabar dan menerima penyakit yang aku derita ini.
Suatu ketika bu deku menjengukku di rumah untuk melihat keadaanku. Sambil melihat keadaanku beliau bercerita bahwa tetangganya pernah mengalami penyakit sama seperti aku. Tetangganya sembuh setelah berobat di dokter spesialis kulit genteng. Beliau menyuruh bapakku untuk memeriksakanku ke dokter spesialis tersebut.
Keesokan harinya aku pergi berobat ke dokter yang di diberi tahu oleh bu deku, karena buka prakteknya jam 7 – 9 pagi, dan jarak rumahku ke genteng lumayan jauh, aku dan bapak harus berangkat dari rumah pagi – pagi sekali. Apapun rela dilakukan oleh bapakku demi kesembuhan aku.
Sesampainnya di dokter spesialis tersebut aku diperiksa dan dilihat bercak – bercak di tubuhku. Sama seperti dokter sebelumnya aku alergi ikan. Akupun kembali diberi salep dan obat kapsul. Ternyata di dokter di spesialis ini biayanya lebih mahal dari dokter sebelumnya. Namun bapakku tidak memikirkan itu yang terpenting aku bisa sembuh.
Aku merasa baikkan setelah 5 hari kemudian, lebih cepat dari sebelumnya. Akupun merasa bersyukur dan berdoa agar sakitku tidak kambuh lagi. Dan tak disangka setelah beberapa hari sembuh dan aku tidak mengkonsumsi obat lagi, sakitku kambuh lagi. Aku semakin putus asa dengan sakit yang aku derita ini. Dan seringkali aku menangis dalam doaku. Selama 3 kali aku berobat ke dokter ke spesialis kulit tersebut namun sakitku belum kunjung sembuh dengan normal.
Ketika aku sudah mulai putus asa dan pasrah dengan keadaanku ini. Temanku memberiku tahu bahwa di dekat rumahnya ada dokter umum yang selalu ramai pasien. Dan menurut ceritanya hanya mengeluarkan uang Rp 10.000 untuk ongkos berobatnya. Dengan rasa pasrah akupun mencoba berobat ke dokter tersebut dengan di antar bapakku. Benar apa yang dikatakan temanku, di tempat dokter itu banyak sekali pasiennya, dan aku harus antri. Setelah diperiksa dan apa yang dikatakan oleh dokter itu sama dengan dokter sebelumnya aku juga diberi obat salep dan obat kapsul. Ongkosnya hanya Rp 10.000.
Setelah 7 hari kemudian gatal pada tubuhku kembali sembuh, aku berharap sakit ini tidak kambuh lagi. Sampai 2 minggu sakitku tidak kambuh. Aku sangat bersyukur sekali. Kini penyakit yang aku derita sudah menemukan obatnya. Dan obatnya ternyata pada dokter yang ikhlas mengobati pasiennya tanpa memikirkan biaya.
Kalau di perkirakan, aku sudah 6 bulan mengalami sakit alergi itu. Karena sakitku ini, kedua orang tuaku tidak mengeluarkan uang sedikit. Dan karena sakitku ini kedua orang tuaku menjadi gelisah dan khawatir. Ketika sakit, kita tidak banyak untuk beraktivitas seperti orang – orang yang sehat. Dari situlah aku berfikir bahwa kesehatan itu mahal harganya, dan lebih banyak – banyak bersyukur jika masih diberikan kesehatan. Karena tidak ada harta yang paling berharga selain kesehatan.
Terima kasih dan sekian cerita singkat dariku, semoga bermanfaat.. J